Rabu, 20 Juli 2011

LOWONGAN DI SEDIAKAN UNTUK 2 POSISI


informasi penting dari NEGERI Sebelah... catatan lowongan yg WAJiB untuk semua yg bernama manusia... mendaftarkan diri (dg pilihan : suka atau tidak suka) ...

A. Penghuni Syurga
B. Penghuni Neraka

UNTUK POSISI A DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI SBB :

Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Syurga yang kekal abadi, kandidat dijamin akan memperoleh training outdoor dan indoor, berupa :

1. Nikmat kubur.
2. Jaminan perlindungan di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.

Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan dunia. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia” (HR Muslim). Nikmat yang lebih indah dari syurga adalah ‘merasakan’ ridha Allah dan kesempatan merasakan ‘wajah’ Allah, inilah puncak segala kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan manusia, yaitu keindahan menikmati sifat-sifat dan kalam murni Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

UNTUK POSISI B DIPASTIKAN AKAN MENIKMATI BERAGAM KESEMPATAN DIBAWAH INI:

Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam terbuka dengan fasilitas pemanas ruangan yang bertemperatur sangat luar biasa panasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka dijatuhkan ke muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan mendidihlah kutub es yang ada di muka bumi ini. Bahkan bila seseorang dikeluarkan dari dalamnya sekejab kemudian dipindahkan ke tumpukan api unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini maka iapun akan merasa lega.

Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu khawatir tidak kebagian tempat. Para pelamar posisi ini juga tak perlu khawatir segera mati kalau dibakar, karena tubuh kita akan dibuat sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti kerupuk bila digoreng). Rasulullah saw bersabda, “Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai) hingga sebesar gunung Uhud, dan (tebal) kulitnya membentang sejauh tiga hari perjalanan” (diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, “Neraka dipegang oleh tujuh puluh ribu tali, dan setiap talinya di pegang oleh tujuhpuluh ribu malaikat” M(HR Muslim). Rasulullah saw bersabda, “Allah mempunyai malaikat yang jarak antara kedua belah matanya adalah sepanjang seratus tahun perjalanan” (Abu Daud, Ibn Hanbal).

Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu membakar isi perut, minuman yang mampu membocorkan usus serta fasilitas kolam renang gratis yang berisi nanah dan darah. Beberapa pembantu gratis juga disiapkan untuk menyayat lidah orang-orang yang suka menyakiti hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang yang tidak membayar zakat.

Selain fasilitas tersebut, para kandidat akan melewati masa training yang lamanya mencapai ribuan tahun, yaitu :
1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan ‘hidup’ dalam kesengsaraan ditemani ular dan makhluk aneh lainnya serta wajah-wajah buruk selama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di alam barzakh tergantung kualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia lakukan.
2. Training outdoor dilakukan di padang Mahsyar selama ribuan tahun, dalam suasana kepanikan dan huru-hara yang luar biasa. Bapak, ibu, anak dan saudara-saudara kita tak mampu menolong kita karena setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para nabipun tidak mampu menolong, kecuali nabi Muhammad SAW yang akan menolong umatnya yang rajin bersholawat padanya.

SYARAT-SYARAT PELAMAR

- Tidak diperlukan ijazah
- Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok.
- Tidak perlu bawa harta
- Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau seksi.
Cukup membawa dokumen asli dari keimanan dan amal karya Anda sendiri.

WAKTU WAWANCARA :

Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan Anda. Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya bila jenazah seseorang diletakkan di dalam kubur,maka jenazah itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka meninggalkan tempat itu (hadist hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal). Perlu diketahui jadwal wawancara Anda ini sudah ditentukan sejak roh ditiupkan ke tubuh Anda semasa dalam kandungan ibu.

Wawancara tahap 2 : Hanya Allah lah yang tahu.
LOKASI DAN LAMA WAWANCARA
Wawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama beberapa menit hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya.

Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban (hari perhitungan) selama beberapa hari hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak waktu masa pengadilan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah 500 tahun.


Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki sedikit harta untuk diminta pertanggungjawabann ya (karena sebutir nasi yang Anda buang akan diminta pertanggungjawabann ya).
PEWAWANCARA:

Wawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Mungkar dan Nakir.
Wawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang Penguasa Hari Kemudian

WAWANCARA HANYA BERISI 6 PERTANYAAN :

1. Siapa Rabbmu ?
2. Apa Dienmu ?
3. Siapa nabimu?
4.. Apa kitabmu?
5. Dimana kiblatmu ?
6. Siapa saudaramu?

Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa dihapal dari sekarang karena keimanan dan amal kitalah yang akan menjawabnya.

CARA MELAMAR:

Sekalilagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak perlu melamar, siapa saja dijamin diterima, bahkan untuk melamarpun Anda akan dijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk sekaliber malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (bisa jadi sebentar lagi).

BENARKAH LOWONGAN INI ?

Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia alam ini yang tidak mampu kita ketahui, apalagi mengenai akhirat.

Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut) , langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan Dia timpakan” ( HR Tirmidzi & Al-Bukhari)

Sementara jutaan Malaikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang bersujud kepada Allah, dan sementara Malaikat peniup Sangkakala sudah siap di depan trompetnya sejak alam ini diciptakan, sementara itu pula masih banyak diantara kita yang masih terlena dengan dunia ini. Tidak sadar ia bahwa dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di akhirat.
MAU MELAMAR KE POSISI B ?


Mudah saja, hiduplah sesuka anda… Diposkan oleh www.iftitah_alaini.blogspot.co.id di 04:36 0 komentar Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya” Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi Muhammad SAW lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’

Nabi Muhammad SAW berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’ Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’ Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.


Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya” Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”
Wahai saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?


Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam? Tidak. Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam. Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.

Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.
Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan – semoga Allah Memberi mereka petunjuk -.

Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.


Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rasulullah Nabi Muhammad SAW memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.
Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”


Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.
Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.

Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???

Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi Muhammad SAW berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah

Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.” Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.


Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Nabi Muhammad SAW, “Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)

Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.


Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah Muhammad SAW pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.
Wahai saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?

Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga tersebut.

Wallahu a’lam

DI TUJUKAN KEPADA YANG MEREMEHKAN ATAU MENINGGALKAN SHOLAT LIMA WAKTU



بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

Tulisan ini ditujukan kepada orang-orang yang mungkin belum tahu tentang hukum kewajiban shalat lima waktu bagi seorang muslim, sehingga dia meremehkan dan meninggalkannya.

Tulisan ini ditujukan kepada orang-orang yang mengkin belum sadar atau belum tahu tentang agung dan tingginya kedudukan shalat lima waktu, sehingga dia meremehkan dan meninggalkannya.

Tulisan ini ditujukan kepada orang-orang yang mungkin belum tahu tentang keutamaan dan manfaat shalat, sehingga dia meremehkan dan meninggalkannya.

Tulisan ini ditujukan kepada orang-orang yang mungkin belum tahu tentang beratnya hukuman di dunia bagi orang yang meninggalkan shalat lima waktu, sehingga dia meremehkan dan meninggalkannya.

Tulisan ini ditujukan kepada orang-orang yang mungkin belum tahu tentang beratnya siksaan di akhirat bagi orang yang meninggalkan shalat, sehingga dia meninggalkannya.

Demi Allah, tulisan ini bukanlah arena untuk mencela, menghina, menghujat, mencaci, melaknat orang-orang yang meremehkan atau meninggalkan shalat.

Demi Allah, tulisan ini adalah murni nasehat, petunjuk, wejangan, wasiat dari orang yang menginginkan kebaikan untuk Anda, wahai orang yang meremehkan atau meninggalkan shalat.

Tulisan ini saya tujukan kepada orang yang mengaku dirinya muslim, tetapi tidak pernah mengerjakan shalat, atau mengerjakan sebagian dan meninggalkan sebagian atau orang yang meyakini bahwa shalat itu tidak wajib.

1. Hukum shalat lima waktu wajib bagi seorang muslim baligh, berakal kecuali wanita yang haid dan nifas berdasarkan Al Quran, As Sunnah dan Ijma'.

Dalil-dalil yang menunjukkan akan hal ini:
Allah Ta'ala berfirman:
{ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا }
Artinya: "…Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman". QS. An Nisa: 103
{ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ }
Artinya: "Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus". QS. Al Bayyinah: 5.

Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma menceritakan bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhuke negeri Yaman dan memerintahkannya untuk menyerukan kepada manusia bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammadshallallahu 'alaihi wasallam adalah Rasulullah, dan jika mereka mentaatinya, maka beritahukanlah kepada mereka:
أَنَّ اللَّهَ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ...
Artinya: "Bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka untuk mengerjakan shalat lima waktu sehari dan semalam…". HR. Bukhari dan Muslim.

عن عُبَادَة بن الصامت رضي الله عنه قال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللَّهُ عَلَى الْعِبَادِ ».
Artinya: " Ubadah bin Shamit radhiyallahu 'anhu berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalat lima waktu telah Allah wajibkan atas seluruh hamba…". HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Al Jami'.

Dan Ibnu Qudamah (w:744H) menyatakan bahwa umat Islam bersepakat akan kewajiban shalat lima waktu dalam sehari semalam. Lihat kitab Al Mughni.

Sedangkan tidak wajib bagi wanita yang haid dan nifas karena:
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رضي الله عنه قَال: قالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم :«... أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ » .
Artinya: "Abu Sa'id Al Khudry radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "…Bukankah wanita jika haid tidak shalat dan berpuasa". HR. Bukhari.

2. Diantara Kedudukan Shalat di dalam Agama Islam.

- Shalat lima waktu adalah Rukun Islam Kedua.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ » .
Artinya: "Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Islam dibangun di atas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, mengerjakan haji dan berpuasa di bulan Ramadhan". HR. Bukhari dan Muslim.

- Shalat adalah tiang agama, jika tiangnya roboh maka bangunan di atasnya akan roboh juga.

Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ »
Artinya: "Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, puncaknya yang tertinggi adalah jihad". HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah: 1122.

- Shalat adalah yang paling pertama akan dihisab oleh Allah, jika shalatnya baik, maka seluruh amalannya baik dan ia akan beruntung, adapun jika shalatnya buruk maka seluruh amalnya buruk dan ia akan merugi.

عن أنس بن مالك - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: ((أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة: الصلاة، فإن صلحت صلح سائرُ عمله، وإن فسدت فسد سائرُ عمله)).
Artinya: "Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling pertama akan dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat adalah perkara shalat, jika shalatnya baik maka seluruh amal perbuatannya baik dan jika rusak maka seluruh amal perbuatannya rusak". HR. Ath Thabrani dan dishahihkan oelh Al Albani di dalam Silsilat al Ahadits Ash Shahihah, no. 1358.

- Menjaga shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sekarat untuk umatnya.

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها, أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- حِينَ حُضِرَ جَعَلَ يَقُولُ « الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ».
Artinya: "Ummu Salamah radhiyallahu 'anha meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ketika dalam keadaan sekarat bersabda: "Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian". HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 868.

- Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril 'alaihissalam tetapi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sendiri, yang langsung mendapatkan perintah kewajiban shalat ketika beliau melakukan Isra' dan Mi'raj.

- Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika tidak shalat pada waktu berumur 10 tahun.

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ ».
Artinya: "Dari Amr bin Syu'aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu 'anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallambersabda: "Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun dan pukul mereka jika tidak shalat, ketika mereka berumur 10 tahun dan pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka".HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Irwal Al Ghalil, no. 298.

- Siapa yang kelupaan shalat lima waktu maka harus diqadha.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ نَسِىَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ ».
Artinya: "Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang kelupaan shalat maka hendaklah dia kerjakan jika dia ingat, tidak ada penebus akannya kecuali hal itu". HR. Muslim

3. Keutamaan dan manfaat mendirikan shalat.

- Shalat mencegah dari perbuatan fahsya (setiap maksiat yang kotor, keji yang merupakan hawa nafsu manusia) dan mungkar (setiap maksiat yang diingkari oleh akal dan fitrah). Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman.

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Artinya: "...dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…". QS. Al Ankabut: 45

- Menghapuskan dosa dan kesalahan, yang mana setiap manusia seorang yang sering melakukan kesalahan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم-يَقُولُ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ ». قَالُوا لاَ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ. قَالَ « فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا ».
Artinya: "Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apa pendapat kalian, jikalau ada sungai di depan pintu salah seorang dari kalian, dia mandi darinya setiap hari sebanyak lima kali, apakah masih tersisa dari kotorannya sedikitpun?", para shahabat menjawab: "Tidak tersisa sedikitpun dari kotorannya". Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berasabda:"Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu Allah menghapus dengannya kesalaan-kesalahan". HR. Muslim

- Shalat merupakan cahaya bagi pelakunya di dunia dan akhirat sehingga nyaman hidup di dunia serta dijauhkan dari api neraka ketika di akhirat dan tidak dikumpulkan bersama Karun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf .

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ ذَكَرَ الصَّلاَةَ يَوْماً فَقَالَ « مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ ».
Artinya: "Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari menerangkan tentang shalat, beliau bersabda: "Barangsiapa yang selalu menjaganya (shalat), maka baginya cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat, sedangkan yang tidak menjaganya maka tidak ada baginya cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat, dan pada hari kiamat akan bersama Karun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf". HR. Ahmad dan Al Mundziri berkata di dalam At Targhib Wa At Tarhib: "Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang jayyid", Al Haitsamy berkata: "Para perawi hadits ini orang-orang tsiqah", tetapi ada juga sebagian ulama hadits yang melemahkan hadits ini.

Ibnu Qayyim (w:762H) berkata ketika mengomentari hadits ini:
وفيه نكتة بديعة وهو أن تارك المحافظة على الصلاة إما أن يشغله ماله أو ملكه أو رياسته او تجارته فمن شغله عنها ماله فهو مع قارون ومن شغله عنها ملكه فهو مع فرعون ومن شغله عنها رياسة ووزارة فهو مع هامان ومن شغله عنها تجارته فهو مع أبي بن خلف
Artinya: "Di dalam hadits ini ada poin menarik, yaitu orang yang meninggalkan penjagaan akan shalat, bisa karena disibukkan oleh hartanya atau kerajaannya atau kepemimpinannya atau perniagaannya, maka siapa yang disibukkan oleh hartanya sehingga ia melalaikan shalat, maka ia akan bersama Karun, dan siapa yang disibukkan oleh kerajaannya sehingga ia melalaikan shalat, maka ia akan bersama Fir'aun, siapa yang disibukkan oleh kementeriannya sehingga ia melalaikan shalat, maka ia akan bersama Haman dan siapa yang disibukkan oleh perniagaannya sehingga ia melalaikan shalat, maka ia akan bersama Ubay bin Khalaf". Lihat kitab Ash Shalah wa Hukmu Tarikiha.

KEPADA SIAPAKAH ANDA BEROBAT ?


Kesehatan adalah sebagian di antara nikmat Allah yang banyak dilupakan oleh manusia. Benarlah ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Ada dua nikmat yang sering kali memperdaya kebanyakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kelapangan waktu” (HR. Bukhari).

Dan tidaklah seseorang merasakan arti penting nikmat sehat kecuali setelah jatuh sakit. Kesehatan adalah nikmat yang sangat agung dari Allah Ta’ala di antara sekian banyak nikmat.

Dan kewajiban kita sebagai seorang hamba adalah bersyukur kepada-Nya sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya, ”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS Al Baqarah: 152).

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, ada beberapa kondisi ketika sebagian orang sedang diuji oleh Allah Ta’ala dengan dicabutnya nikmat kesehatan ini (baca: jatuh sakit).

Di antara mereka ada yang bersabar dan ridha dengan ketetapan dari Allah, mereka tetap bertawakkal dengan menempuh pengobatan yang diizinkan oleh syari’at. Sehingga mereka pun mendulang pahala yang berlimpah dari Allah Ta’ala karena sabar dan tawakkalnya kepada Allah Ta’ala.

Namun di antara mereka ada pula yang berputus asa dari rahmat-Nya, berburuk sangka kepada-Nya, dan menempuh jalan-jalan yang dilarang oleh syari’at demi mencari sebuah kesembuhan.

Bahkan sampai menjerumuskan dirinya ke dalam kesyirikan. Yang mereka dapatkan tidak lain hanyalah penderitaan di atas penderitaan, penderitaan di dunia, setelah itu penderitaan abadi di neraka jika tidak bertaubat sebelum meninggal dunia.

Karena Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang lebih rendah dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48).

Setiap Penyakit Pasti Ada Obatnya
Satu hal yang dapat memotivasi kita untuk terus berusaha mencari kesembuhan adalah jaminan dari Allah Ta’ala bahwa seluruh jenis penyakit yang menimpa seorang hamba pasti ada obatnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut” (HR. Bukhari).

Hadits ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit, memiliki obat yang dapat digunakan untuk mencegah, menyembuhkan, atau untuk meringankan penyakit tersebut.

Hadits ini juga mengandung dorongan untuk mempelajari pengobatan penyakit-penyakit badan sebagaimana kita juga mempelajari obat untuk penyakit-penyakit hati.

Karena Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa seluruh penyakit memiliki obat, maka hendaknya kita berusaha mempelajarinya dan kemudian mempraktekkannya. (Lihat Bahjatul Quluubil Abraar hal. 174-175, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, ”Untuk setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, penyakit tersebut akan sembuh dengan seizin Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah, maka dengan seizin-Nya orang sakit tersebut akan sembuh.

Dan Allah Ta’ala akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada siapa saja yang Dia kehendaki sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ”Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Ada yang tahu, ada juga yang tidak tahu(HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah).

Berobat = Mengambil Sebab

Berobat sangat erat kaitannya dengan hukum mengambil sebab. Maksud mengambil sebab adalah seseorang melakukan suatu usaha/sarana (“sebab”) untuk dapat meraih apa yang dia inginkan. Misalnya seseorang mengambil sebab berupa belajar agar dapat meraih prestasi akademik.

Demikian pula, seseorang “mengambil sebab” berupa berobat agar dapat meraih kesembuhan dari penyakitnya.

Di antara ketentuan yang telah dijelaskan oleh para ulama berkaitan dengan hukum-hukum dalam mengambil sebab adalah bahwa sebab (sarana) yang ditempuh tidak boleh menggunakan sarana yang haram, apalagi sampai menjerumuskan ke dalam kesyirikan, meskipun metode pengobatan tersebut terbukti menyembuhkan berdasarkan pengalaman atau penelitian ilmiah. Selain itu, ketika mengambil sebab tersebut, hatinya harus senantiasa bertawakkal kepada Allah Ta’ala dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah demi berpengaruhnya sebab tersebut. Hatinya tidak bersandar kepada sebab sehingga dirinya pun merasa aman setelah mengambil sebab tersebut.

Seseorang yang berobat, setelah dia berusaha maksimal mencari pengobatan yang diizinkan oleh syari’at, maka dia bersandar/bertawakkal kepada Allah Ta’ala, bukan kepada dokter yang merawatnya –betapa pun hebatnya dokter tersebut- dan bukan pula kepada obat yang diminumnya –betapa pun berkhasiatnya obat tersebut-. Hal ini karena seseorang harus memiliki keyakinan bahwa betapa pun hebatnya sebuah sebab (obat atau semacamnya), namun hal itu tetap berada di bawah takdir Allah Ta’ala.

Bentuk-Bentuk Pengobatan Alternatif yang Diharamkan
Di antara pengobatan alternatif yang diharamkan adalah pengobatan yang mengandung unsur kesyirikan seperti berobat dengan menggunakan metode sihir.

Sihir merupakan ungkapan tentang jimat-jimat, mantra-mantra, dan sejenisnya yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Di antaranya ada yang membuat sakit, membunuh, dan memisahkan antara suami dan istri. Namun, pengaruh sihir tersebut tetap tergantung pada izin Allah Ta’ala.

Sihir ini merupakan bentuk kekufuran dan kesesatan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Jauhilah tujuh hal yang membinasakan!” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apa saja itu?” Maka Rasulullah bersabda, ”Yaitu syirik kepada Allah, sihir, …” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pelaku sihir memiliki tanda-tanda yang dapat dikenali. Apabila dijumpai salah satu di antara tanda-tanda tersebut pada seorang ahli pengobatan, maka dapat diduga bahwa ia melakukan praktek sihir atau melakukan praktek yang amat dekat dengan sihir.

Di antara tanda-tanda tersebut adalah:
1) mengambil bekas pakaian yang dipakai oleh pasien semisal baju, tutup kepala, kaos dalam, celana dalam, dan lain-lainnya;

2) meminta binatang dengan sifat-sifat tertentu untuk disembelih dan tidak menyebut nama Allah ketika menyembelihnya, dan kadang-kadang melumurkan darah binatang tersebut pada bagian anggota badan yang sakit;

3) menuliskan jimat atau jampi-jampi yang tidak dapat difahami maksudnya;

4) memerintahkan pasien untuk menyepi beberapa waktu di kamar yang tidak tembus cahaya matahari;

5) memerintahkan pasien untuk tidak menyentuh air selama jangka waktu tertentu, dan kebanyakan selama 40 hari;

6) membaca mantra-mantra yang tidak dapat difahami maknanya;

7) kadang ia memberitahukan nama, tempat tinggal, dan semua identitas pasien serta masalah yang dihadapi pasien tanpa pemberitahuan pasien kepadanya.

Demikian pula, diharamkan bagi seseorang untuk berobat kepada dukun. Pada hakikatnya, dukun tidak berbeda dengan tukang sihir dari sisi bahwa keduanya meminta bantuan kepada jin dan mematuhinya demi mencapai tujuan yang dia inginkan.
Sedangkan perbuatan meminta bantuan kepada jin sendiri termasuk syirik besar.

Karena meminta bantuan kepada jin dalam hal-hal seperti ini tidaklah mungkin kecuali dengan mendekatkan diri kepada jin dengan suatu ibadah atau “ritual” tertentu.

Seorang dukun harus mendekatkan diri kepada jin dengan melaksanakan ibadah tertentu, seperti menyembelih, istighatsah, kufur kepada Allah dengan menghina mushaf Alqur’an, mencela Allah Ta’ala, atau amalan kesyirikan dan kekufuran yang semisal, agar mereka dibantu untuk diberitahu tentang perkara yang ghaib. (Lihat Fathul Majiid hal. 332, Syaikh Abdurrahman bin Hasan; At-Tamhiid hal. 317, Syaikh Shalih Alu Syaikh)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Al-Irwa’ no. 2006). Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, ”Di dalam hadits tersebut terdapat dalil kafirnya dukun dan tukang sihir karena keduanya mengaku mengetahui hal yang ghaib, padahal hal itu adalah kekafiran. Demikian pula orang-orang yang membenarkannya, meyakininya, dan ridha terhadapnya” (Fathul Majiid, hal. 334).

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, satu hal yang cukup memprihatinkan bagi kita adalah menyebarnya dukun dan tukang sihir yang berkedok sebagai tabib yang mampu mengobati berbagai penyakit. Di antara mereka banyak juga yang berani memasang iklan di surat kabar dan mengklaim dirinya mampu mengetahui hal yang ghaib. Wal ‘iyadhu billah!

Di antara contoh praktik-praktik pengobatan yang mereka lakukan misalnya:

1. Pengobatan melalui jarak jauh, di mana keluarga pasien cukup membawa selembar foto pasien. Setelah itu, si tabib akan mengetahui bahwa ia menderita (misalnya) sakit jantung dan gagal ginjal.

Oleh si tabib, penyakit itu kemudian di-transfer jarak jauh ke binatang tertentu, misalnya kambing. Hal ini jelas-jelas termasuk berobat kepada dukun, karena apakah hanya melihat foto seseorang kemudian diketahui bahwa jantungnya bengkak, ginjalnya tidak berfungsi, dan lain-lain?

2. Pengobatan metode lainnya, pasien hanya diminta menyebutkan nama, tanggal lahir, dan kalau perlu weton-nya. Bisa hanya dengan telepon saja. Setelah itu, si tabib akan mengatakan bahwa pasien tersebut memiliki masalah dengan paru-paru atau jantungnya, atau masalah-masalah kesehatan lainnya.

3. Dukun lainnya hanya meminta pasiennya untuk mengirimkan sehelai rambutnya lewat pos. Setelah itu dia akan “menerawang ghaib” untuk mendeteksi, me-rituali, dan memberikan sarana ghaib kepada pasiennya.

4. Pengobatan dengan “ajian-ajian” yang dapat ditransfer jarak jauh atau dengan menggunakan “benda-benda ghaib” tertentu seperti “batu ghaib”, “gentong keramat” (cukup dimasukkan air ke dalam gentong kemudian airnya diminum), dan lain sebagainya.

Praktik perdukunan dan sihir seolah-olah memang tidak dapat dipisahkan. Demikian pula pelakunya. Orang yang mengaku sebagai dukun, paranormal, atau orang pintar juga melakukan sihir.

Dan demikian pula sebaliknya.

Demikianlah salah satu kerusakan yang sudah tersebar luas di Indonesia ini. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua dari kesyirikan.
Bentuk pengobatan syirik lainnya adalah berobat dengan menggunakan jimat. Termasuk kerusakan pada masa sekarang ini adalah penggunaan jimat untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu. Tidak sungkan-sungkan pula pemilik jimat tersebut akan menawarkan jimatnya tersebut di koran-koran agar menghasilkan uang. Di antaranya jimat dalam bentuk batu “mustika” atau cincin yang dapat mengeluarkan sinar tertentu yang dapat menyembuhkan penyakit apa pun bentuknya. Hal ini termasuk kesyirikan karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa menggantungkan jimat (tamimah), maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 492).

Pengobatan dengan Sesuatu yang Haram

Tidak boleh pula seseorang berobat dengan menggunakan sesuatu yang haram, meskipun tidak sampai derajat syirik. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram” (HR. Thabrani. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1633). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian dalam sesuatu yang diharamkan-Nya” (HR. Bukhari).
Hadits-hadits ini beserta dalil yang lain semuanya tegas melarang berobat dengan sesuatu yang haram.
Misalnya, bentuk pengobatan dengan menggunakan air kencingnya sendiri. Air seni yang diminum terutama air seni pertama kali yang dikeluarkan pada waktu pagi hari setelah bangun tidur.

Pengobatan seperti ini tidak boleh dilakukan. Karena air seni adalah najis dan setiap barang najis pasti haram, maka air seni termasuk ke dalam larangan ini. Begitu pula berobat dengan memakan binatang-binatang yang haram dimakan.

Demikianlah pembahasan yang dapat kami sampaikan, semoga pembahasan yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah Ta’ala senantiasa mengkaruniakan nikmat berupa ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih kepada kita semua.

Dan semoga Allah Ta’ala memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjadi hamba-Nya yang bersih tauhidnya dan jauh dari kesyirikan.
Penulis: dr. M. Saifudin Hakim

10 HAL YANG MEMBATALKAN KEISLAMAN


Segala puji untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan hidayah kepada hamba-hamba-Nya dalam mentaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Shalawat beserta salam tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang me...ngikutinya dengan kebaikan sampai Hari pembalasan.

Sesungguhnya sebagai seorang Muslim wajib baginya untuk berpegang teguh dengan agamanya, dengan mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai seorang muslim Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan bagi setiap muslim untuk masuk kedalam agama Islam ini secara menyeluruh (Kaffah) dalam semua aspek, baik aspek aqidah, ibadah, mu'amalah serta akhlak sebagaimana seruan Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qurân:

"Wahai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu". (QS. al-Baqarah: 208).


Demikian juga sebagai seorang muslim dilarang baginya untuk berpaling dari menta'ati Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, karena yang demikian itu akan membawanya kepada kesengsaraan hidup dan penyesalan di akhirat, sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qurân:

"Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya di Hari Kiamat dalam keadaan buta, lalu ia berkata : Ya Tuhanku, mengapa engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang dapat melihat.

Lalu Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (QS. Thoha: 124-126)


Oleh karena itu seorang Muslim wajib menjaga agamanya dari apa-apa yang akan merusak, membatalkan keislamannya yang secara tidak langsung tanpa disadarinya dia telah melakukan suatu perkara yang telah merusak keislamannya bahkan bisa mengeluarkannya dari agama Islam.

Untuk mengingatkan kaum muslimin agar tidak terjerumus kepada hal demikian, maka Insya Allah Ta'ala pada tulisan kali ini akan dibahas hal-hal yang akan membatalkan keislaman seseorang.

Jika salah seorang muslim terperosok kepada salah satu dari pembatal keislaman ini maka dia bisa keluar dari agama Islam, dan wajib baginya bersegera untuk bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.



Ada sepuluh perkara Pembatal keislaman, dan hal ini telah banyak terjadi serta tersebar di tengah-tengah masyarakat:

1. Syirik dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Syirik merupakan induk dari segala dosa, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa Syirik dan Dia akan mengampuni segala dosa selain dari (syrik) itu, bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiap yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (QS. an-Nisa': 48)


Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengharamkan Surga bagi orang-orang Musyrik, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga baginya, dan tempatnya ialah neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorangpun penolong". (QS. al-Maidah: 72)


Bahkan perbuatan syirik akan menghapus amal seseorang sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qurân:

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu; Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". (QS. az-Zumar: 65)

Syirik juga adalah kezhaliman yang menduduki peringkat pertama dari dosa-dosa yang lain, sebagaimana yang Allah Ta'ala khabarkan di dalam Al-Qurân:
"Sesungguhnya syirik (mempersekutukan Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang sangat besar". (QS. Luqman ayat 13)

Diantara bentuk-bentuk Kesyirikan seperti: Berdo'a kepada orang-orang yang telah mati, meminta tolong kepada manusia dalam urusan-urusan yang manusia tidak mampu melakukannya, beristighatsah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, bernazar, menyembelih kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla, mendatangi tukang ramal, dukun, tukang sihir dan lain-lainnya.

Begitu besar dan banyaknya bahaya syirik ini maka pantaslah seseorang yang terjatuh ke lembah kesyirikan ini menjadi rusak dan batal keislamannya.



2. Menjadikan/membuat perantara antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Seseorang berdoa dan meminta Syafa'at melalui perantara-perantara agar do'anya disampaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Demikian juga bertawakkal kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla, hal ini merupakan salah satu bentuk kekufuran, karena perbuatan ini adalah bentuk kesyirikan orang-orang musyrik jahiliyah terdahulu, yang telah dijelaskan dan digambarkan dalam Al-Qurân:

"Ingatlah !!! hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): kami tidaklah menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya". (QS. az-Zumar ayat 3)

Allah Ta'ala tidak menjadikan antara dirinya dan hamba-Nya perantara dalam beribadah kepadanya, karena Allah itu dekat, sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam Al-Qurân:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi semua perintah-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (QS. al-Baqarah ayat 186)

Contoh: wahai Syaikh (fulan) mintakanlah kepada Allah agar aku selamat atau wahai penunggu kubur melalui perantaraanmu, mohonkanlah kepada Allah agar aku sehat.

Oleh karena itu apabila kita meminta, mintalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, apabila kita berdoa, maka berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala secara langsung.



3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu dengan kekafiran mereka atau membenarkan keyakinannya dan mazhabnya.

Di dalam Al-Qurân Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghukumi orang-orang yahudi, nashrani dan penyembah berhala sebagai orang-orang kafir. Maka barang siapa yang tidak mau menghukumi mereka sebagai kafir, maka berarti dia telah menafikan hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan mendustakan apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala kabarkan dalam kitab-Nya, dan barang siapa ragu dengan kekafiran mereka, maka berarti mereka telah meragukan kabar dari Allah ‘Azza wa Jalla beserta hukum-hukum-Nya.

Contoh: Abu Jahal itukan juga muslim, buktinya dia juga berdoa kepada Tuhan atau adanya anggapan bahwa semua agama itu sama, yang berbeda hanya caranya sedangkan tujuannya sama.

Yahudi adalah baik, nashrani juga baik. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengkafirkan mereka di dalam Al-Qurân. Diantara contoh yang lain adalah: menganggap faham komunis itu ada juga baiknya.



4. Meyakini bahwa petunjuk yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi-Nya tidak sempurna dan meyakini bahwa petunjuk yang dibuat oleh manusia lebih sempurna dan lebih baik, atau hukum yang dibuat manusia lebih baik dari hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Apabila hal seperti diatas ada pada diri seorang muslim, maka telah jelas akan rusaknya dan batalnya keislamannya.

Hal ini disebabkan bahwa apa yang disampaikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya merupakan wahyu dari Allah Ta'ala sebagaimana firman-Nya:
"dan tidaklah ia (Nabi Muhammad) itu bicara melalui hawa nafsunya, melainkan itu adalah wahyu yang diwahyukan Allah (kepadanya)". (QS. an-Najm: 3-4)

Diantara hal yang wajib diyakini oleh seorang muslim bahwa petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Syariat yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, khabar yang telah ia sampaikan, lebih baik dan sempurna dari petunjuk, syariat, dan khabar selainnya.

Oleh karena itu siapa yang ragu akan hal-hal yang disebutkan diatas maka sungguh dia telah jatuh kepada kekufuran.

Untuk lebih meyakinkan hati terhadap hal diatas silahkan para pembaca mebuka dan membaca ayat-ayat di dalam Al-Qurân berikut ini: Surat al-Maidah ayat 5, surat Shod ayat 26, Surat an-Nisa' ayat 60.

Diantara contohnya: seseorang yang meyakini undang-undang yang dibuat oleh manusia lebih baik dari hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala, lebih baik daripada Al-Qurân atau sama derajatnya, atau dengan mengatakan mengamalkan undang-undang ini sama dengan mengamalkan hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala.



5. Membenci Syariat Islam

Siapa yang membenci sesuatu yang datang dari Rasul, walaupun dia mengamalkannya maka sungguh dia telah jatuh kepada lembah kekufuran. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka membenci kepada apa yang diturunkan Allah lalu a Allah menghapus (pahala-pahala) amal-amal mereka". (QS. Muhammad: 9)

Sesungguhnya mencintai Syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah suatu tanda mencintai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan benci terhadap Syariat Allah ‘Azza wa Jalla sebagai tanda benci kepada Allah Ta'ala. Orang yang beriman adalah orang yang sangat cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Barang siapa yang cinta kepada Allah Ta'ala, maka dia akan mencintai apa yang Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan dan barang siapa yang membenci perintah Allah ‘Azza wa Jalla sama dengan membenci Allah Ta'ala, dan tidak ada manfaat amal yang dilakukannya selama dia membenci Syariat Allah Ta'ala, keadaannya sama dengan orang-orang munafik.

Diantara contoh-contoh sikap benci kepada Syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah: benci kepada perempuan yang berhijab (memakai Jilbab yang Syar'i), benci kepada orang yang mendakwahkan tauhid, benci kepada orang yang mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti seseorang yang memelihara jenggotnya, benci kepada seseorang yang celananya diatas mata kaki, benci kepada hukum Islam dalam warisan dan pandangan sinis kepada ajaran Islam.

Semua bentuk kebencian yang disebutkan diatas apabila dilakukan oleh seorang muslim diikuti dengan i'tiqad di dalam hatinya maka hal ini akan membatalkan keislamannya, dan sudah sepantasnya seorang mukmin mencintai Allah Ta'ala, karena mencintai-Nya merupakan pokok-pokok keimanan.

Sesungguhnya iman seseorang tidak akan sempurna sampai mereka mau berhukum dengan Syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala, tunduk dan patuh kepada-Nya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya".(QS. an-Nisa': 65)

Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwasanya Wajib bagi seorang mukmin untuk menjadikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hakim dalam setiap perselisihan yang terjadi antar sesama mereka, namun disamping itu setiap mu'min juga dituntut untuk memiliki kerelaan dan kecintaan di dalam hatinya atas setiap perkara yang diputuskan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya.

Satu hal yang tidak boleh kita meragukan kebenarannya, bahwa membenci Syariat merupakan sebesar-besarnya dosa yang ada pada jiwa manusia, karena kebencian ini akan membuahkan penolakan, dan penolakan akan mengantarkan pelakunya keluar dari ajaran/agama Islam.

Syariat Islam yang mulia ini harus diagungkan, dihormati kebesarannya, karena pengagungan Syariat adalah tanda dari baiknya agama seseorang dan juga sebagai tanda dari jiwa yang bertaqwa sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta'ala jelaskan dalam Al-Qurân:

"Barang siapa yang mengagungkan Syariat-syariat Allah maka sesungguhnya hal itu adalah sebagai tanda hati yang taqwa."

Syaikh al-Hafizh Ibnu Ahmad al-Hakami rahimahullah, ketika beliau ditanya tentang tentang tanda seorang hamba yang cinta kepada Robbnya, maka beliau menjawab; tanda seorang hamba yang cinta kepada Robbnya adalah apabila hamba tersebut mencintai apa yang dicintai oleh Allah Ta'ala, membenci apa yang dibenci oleh Allah, melaksanakan perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya, mencintai orang yang mencintai Allah (para walinya), memusuhi orang yang memusuhi Allah, oleh karena itu sekuat-kuat urat nadi iman adalah: cinta pada agama Allah dan benci pada apa-apa yang Allah benci.

*Tanda tanda seseorang mencintai Syariat Allah.*

1. Tunduk, berserah diri dan patuh kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan perintah Rasul-Nya.

2. Menjadikan Al-Qurân dan Sunnah sebagai pedoman.

3. Mempelajari dan menuntut ilmu agamanya dengan giat melalui berbagai sarana yang dibolehkan syari'at.

4. Mendahulukan/lebih mengutamakan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya dari perintah selainnya.

5. Mengadakan pembelaan kepada Syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika syariat tersebut dicaci, dihina, dan direndahkan oleh manusia.

6. Bersegera kepada kebaikan yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

7. Menghormati dan memuliakan para ulama rahimahumullah ‘alihim ajma'in.

8. Mencintai apa yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan membenci apa yang dibenci Allah Ta'ala.

9. Cintanya didasari karena Allah ‘Azza wa Jalla dan benci juga karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.

10. Menghiasi diri dengan Akhlak yang mulia dan menjauhkan dirinya dari akhlak tercela.

Adapun tanda-tanda seseorang benci kepada syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah kebalikan atau lawan dari tanda-tanda diatas.



6. Berolok-olok terhadap syariat Allah.

Barang siapa yang berolok-olok tentang sesuatu yang berkenaan dengan agama Islam, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, pahala-Nya atau siksaan-Nya maka sungguh dia telah kufur, inilah yang telah difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Qurân yang artinya:

"Katakanlah apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok. Tidak usah kamu minta ma'af, karena kamu telah kafir sesudah beriman." (QS. at-Taubah: 65-66)

Ayat yang mulia diatas diturunkan berkenaan dengan perkataan orang-orang munafik yang mencela Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabatnya pada perang Tabuk dengan perkataannya yang kufur: "Kami tidak melihat seperti mereka-mereka para qari (yang dimaksud adalah nabi dan sahabat-sahabatnya) yang rakus dan pendusta-pendusta dan yang paling penakut ketika bertemu dengan musuh.

" Diantara sahabat ada yang tahu dengan kejadian tersebut lalu dia mengkhabarkan hal itu kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tiba-tiba mereka (orang-orang munafiq tadi) datang kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta maaf dan mohon untuk diberi uzur sambil mengatakan:

"Kami hanya bercanda dan bersenda gurau dan tidak ada maksud kami untuk mencela dan berolok-olok." Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyangkal perkataan mereka dan tidak menerima uzur mereka atas dusta mereka tersebut dengan firman-Nya: "Katakanlah apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok dan tidak ada ma'af bagimu sungguh kamu telah kafir sesudah beriman."

Syaikh Abdurrahman Nasir as-Sa'di rahimahullah menyimpulkan beberapa pelajaran dalam ayat diatas: "Sesungguhnya beristihza' (berolok-olok) dengan Allah dan Rasul-Nya adalah kufur dan salah satu hal yang akan menyebabkan seseorang keluar dari agama Islam, karena landasan agama Islam dibina diatas pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, pengagungan kepada agama-Nya dan kepada Rasul-Nya, sehingga tatkala seorang muslim beristihza' (berolok-olok) kepada Allah ‘Azza wa Jalla, terhadap agama-Nya dan Rasul-Nya maka ini adalah suatu pertanda bahwa orang tersebut telah meruntuhkan dan meniadakan landasan dasar agama ini sehingga pantaslah dia menjadi kufur dan bisa mengeluarkan pelakunya dari ajaran Islam ini.

Contoh istihza' yang sering terjadi di masyarakat seperti orang-orang yang memperolok-olokkan saudaranya yang mengamalkan sunnah dengan mengatakan wahai jenggot, wahai kambing, atau seperti orang yang memperolok-olokkan wanita yang berhijab atau bercadar seperti dengan mengatakan ninja, kolot atau ketinggalan zaman, atau berolok-olok terhadap dakwah yang mengajak kepada yang haq seperti mengatakan dakwah salaf ini tidak relevan lagi, atau hanya mementingkan tauhid dan mengenyampingkan yang lain.

Semua istihza' (berolok-olok) dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul-Nya, atau sesuatu yang berkaitan dengan syariat Allah ‘Azza wa Jalla, pada akhirnya akan membawa kepada kekufuran.

Apapun tujuannya tetap dihukum sama, apakah dia bercanda, atau serius, ataupun untuk menjadikan bahan tertawaan, apakah istihza' itu dilakukan dengan perkataan atau perbuatan, atau dalam bentuk isyarat dan gerakan-gerakan.

Oleh karena itu hendaknya seorang muslim yang ingin memyelamatkan dirinya dari azab Allah ‘Azza wa Jalla menjauhi perkara-perkara diatas, dan mengagungkan syariat Allah Ta'ala ini dengan ikhlas dan berserah diri.



7. Sihir

Sihir adalah perbuatan kufur, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan mereka mengikuti apa-apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidaklah kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).

Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir". (QS. al-Baqarah: 102)

Sesungguhnya sihir tidak akan memperoleh kemenangan sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Dan tidak akan mendapatkan kemenangan tukang sihir dari mana saja mereka datang". (QS. Thahaa: 69)

Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan sihir seperti mengajarkannya, mempelajarinya, atau menghilangkan sihir dengan sihir, hal tersebut adalah kufur.

Contoh-contoh sihir:

- Sihir di zaman Nabi Musa ‘alaihissalam: tongkat tukang sihir Fir'aun menjadi ular.

- Sihir Mahabbah yaitu menyihir seseorang agar jatuh cinta kepadanya dengan cara-cara perdukunan.

- Sihir perceraian suami-istri, yang berawal dari cinta, kemudian benci sampai kepada perceraian.

- Sihir takhyil yaitu sesesorang mengkhayalkan dirinya berada pada suatu tempat padahal dalam kenyataannya tidaklah demikian.

- Sihir penyakit yaitu melalui sihir ini seseorang menderita penyakit yang tidak kunjung-kunjung sembuh.
- dll.

Setiap sihir ada kaitannya dengan jin, syetan dan bintang-bintang. Gangguan sihir tersebut Insya Allah dapat dicegah melalui zikir-zikir yang disyariatkan, baik dari al-Quran maupun Sunnah dan melalui ibadah-ibadah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala fardhukan dan juga menjauhi segala bentuk maksiat dan dosa.



8. Mengadakan pembelaan (tolong-menolong) dengan orang-orang musyrik

Sesungguhnya tolong menolong dengan orang musyrik dan membantu mereka untuk memerangi kaum muslimin adalah diantara pembatal keislaman, inilah yang telah dijelaskan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani sebagai penolong, sebagian mereka adalah penolong atas sebagiannya, siapa diantara kalian yang menjadikan mereka sebagai penolong maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka, sesungguhnya Allah tidak akan menunjuki kaum yang zalim." (QS.al-Maidah: 51)

Hasil dari sifat seperti ini adalah membantu kaum musyrikin untuk mengalahkan kaum muslimin, atau mengangkat bendera mereka, mengagung-agungkan budaya mereka dan salut serta kagum terhadap mereka.

Jelaslah bagi kita bahwa hal-hal tersebut adalah perbuatan kufur yang wajib untuk kita jauhi.



9. Bolehnya seseorang keluar dari aturan syariat

Merupakan sesuatu yang qath'i (pasti), apabila manusia meyakini bahwa sebagian manusia boleh bagi mereka untuk keluar dari aturan syariat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala turunkan kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka keyakinan seperti itu adalah kafir sesuai dengan firman Allah: "Barang siapa yang mencari din (agama) selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (QS. ali Imran: 85)

Diantara contohya adalah seperti keyakinan sebagian kaum sufi terhadap masyayikh (guru-guru) mereka yang bebas dari taklif untuk mengamalkan syariat, bahkan boleh untuk meninggalkannya, atau tanpa merasa berdosa dan bersalah ketika dia terjatuh kepada perbuatan haram, maka jelaslah bahwa keyakinan seperti ini adalah salah satu bentuk kekufuran yang wajib kita jauhi.



10. Berpaling dari syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala

Maksudnya adalah tidak mempelajari, tidak pula beramal dengannya sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang diperingatkan dengan ayat-ayat Robb-Nya, kemudian dia berpaling darinya ? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa." (QS. As-Sajadah: 22)

Betapa banyak kita dapatkan pada hari ini kaum muslimin yang tidak peduli sama sekali dengan agamanya, mereka menganggap remeh urusan agama dan melecehkannya serta tidak mementingkan urusan akhirat dan hal inilah yang menjadi penyebab mundurnya umat Islam yaitu saat dimana kita tidak mengerti lagi dengan agama Islam.

Dan yang tidak termasuk berpaling dari syariat adalah kemalasan dalam menuntut ilmu atau melalaikan sebagian kewajiban atau melalaikan sebagian yang diharamkan, walaupun yang demikian itu mendapatkan dosa akan tetapi sesuai dengan apa yang dia lakukan atau yang ia tinggalkan dan hal yang demikian tidaklah mengeluarkan mereka dari Islam.



Penutup

Demikianlah sepuluh pembatal keislaman yang penting diketahui, dijauhi oleh setiap individu muslim sehingga tidak terjebak oleh perkara-perkara yang akan merusak dan membatalkan keislaman.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menunjuki hati kita dan setiap individu muslim, sehingga kita tidak terjibak oleh perkara-perkara yang akan merusak dan membatalkan keislaman kita.

Mudah-mudahan Allah ‘Azza wa Jalla menunjuki hati kita dan memberikan taufiknya untuk menempuh jalan yang lurus dan diridhai oleh-Nya.

Wallahu a'lam

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

DAFTAR ISI BLOG