Kamis, 22 April 2010

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

PEMANFAATAN TEKNOLOGI GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DALAM PEMBANGUNGAN INFORMASI SPASIAL


Sesuai dengan tujuan pembangunannya, teknologi satelit navigasi GPS telah menjadi satu teknologi yang relatif mudah dan murah untuk mewujudkan posisi geografis dan waktu. Walaupun, tentu ada suatu keterbatasan antara biaya yang diinvestasikan dengan ketelitian (presisi, precision, internal accuracy) dan ketepatan (akurasi, accuracy, reliability) yang akan diperoleh (Seeber 1993, p. 324-326). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil survai GPS terutama adalah jenis peralatan dan metoda pengukuran serta metoda pengolahan data yang digunakan.

Peralatan penerima sinyal GPS (receiver) bervariasi dari kelas rakitan sendiri, kelas navigasi dengan ketelitian 20 meteran, sampai kelas geodetik yang mampu mengukur sampai ketelitian milimeter. Variasi receiver ini terutama berkaitan dengan jenis jam atom (clock) yang dipakai dan jenis data (kode dan gelombang pembawa) yang bisa direkam (Kaplan 1996).

Dari sisi metoda pengukuran dapat dibedakan antara metoda pengukuran statik dengan pengukuran kinematik. Metoda pengukuran statik mengasumsikan bahwa antenna receiver tidak bergerak terhadap kerangka referensi, sedangkan metoda pengukuran kinematik menggunakan asumsi bahwa antena receiver bergerak terhadap titik referensi. Sedangkan dari sisi metoda pengolahan data, dapat dibedakan antara pengolahan satu titik (single point positioning - SPS, absolute positioning) dan pengolahan baseline (differential positioning, relative positioning) tunggal maupun dalam bentuk jaring.

Berdasarkan variasi-variasi kemungkinan penggunaan teknologi di atas, dapat diurutkan sejumlah kemungkinan aplikasi GPS mulai dari yang paling teliti (dan paling mahal) untuk keperluan ilmiah sampai yang paling seadanya (dan paling murah) untuk keperluan hiburan. Dalam rangka pembangunan informasi spasial, GPS dapat berperan mulai dari realisasi referensi koordinat dengan survai yang sangat teliti sampai pada kegiatan pematokan yang merupakan aplikasi hasil analisis informasi spasial.

GPS DAN DATA SPASIAL

Aplikasi paling awal (hulu) dari teknologi GPS dalam pembangunan informasi spasial adalah untuk pengadaan jaring kerangka referensi. Saat ini sudah ada satu jaring perwujudan WGS-84 yaitu jaring International GNSS Service (IGS) yang sebelumnya adalah International GPS Service, yang terbangun dari 379 station GPS kontinyu (334 stasiun aktif). Koordinat semua stasiun tersebut dirilis dalam bentuk daftar International Terestrial Reference Frame, yang dihitung berdasarkan pengamatan GPS kontinyu. Untuk keperluan kerangka referensi nasional, Indonesia, melalui Bakosurtanal, merilis jaring Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN95) yang diukur sejak tahun 1989 sampai 1994 yang kadang disebut juga sebagai jaring orde-nol. Pada aplikasi selanjutnya, yaitu perapatan titik ikat, Badan Pertanahan Nasional melakukan pengukuran kerangka orde-2 dan orde-3 dengan ukuran grid 10 km dan 5 km. Pengukuran titik-titik pangkal untuk keperluan penetapan batas wilayah di laut juga menjadi salah satu aplikasi pada tingkat kerangka dasar ini.

Penetapan DGN95, yang mirip datum Global WGS84, membawa dampak bahwa semua informasi spasial yang terkumpul sejak sejarah pemetaan di Indonesia tercatat (pertengahan 1800-an) perlu ditransformasikan ke sistem ini. Transformasi diperlukan karena informasi-informasi spasial tersebut dikumpulkan pada georeferensi-georeferensi lokal yang tidak sama satu sama lain (Kahar 1984). Pada akhir tahun 1996, Kelompok Kerja Geodesi dan Geodinamika Bakosurtanal menerbitkan satu pedoman untuk melakukan transformasi sistem kerangka referensi dalam rangka penyatuan datum ini.

Aplikasi selanjutnya setelah penetapan kerangka dasar adalah pengukuran detail atau objek mengacu pada kerangka yang disepakati. Aplikasi pada tingkat ini dapat dikelompokkan pada metoda pengukuran yang dipilih, yaitu metoda statik relatif dan metoda kinematik. Metoda statik dengan ketelitian tinggi (<>Setyadji 2003) yaitu Precipitable Water Vapor (PWV) dan Total Electron Content (TEC) sebagai fungsi ruang dan waktu yang sangat bermanfaat dalam pemodelan atmosfir, cuaca dan iklim.

Aplikasi survai statik dengan ketelitian yang lebih rendah (0.5 cm ~ 5 cm) banyak dilakukan dalam bidang survai rekayasa serta inderaja dan fotogrametri. Ketelitian pada level ini dapat dicapai dengan metoda statik singkat (rapid static). Dalam rekayasa teknik sipil, survai GPS statik antara lain berperan untuk mewujudkan jaring titik ikat untuk pematokan rencana jalan sedangkan dalam inderaja dan fotogrametri hasil GPS pada level ini bermanfaat dalam pengadaan titik kontrol tanah untuk keperluan triangulasi udara dan koreksi geometrik. Manfaat lebih jauh adalah pada bidang SIG yang saat ini banyak memanfaatkan data/informasi yang diturunkan dari foto udara dan citra satelit (Logsdon 1995).

Metoda kinematik merupakan metoda yang banyak dipakai pada situasi di mana diinginkan satu hasil yang dapat menggambarkan dinamika objek. Aplikasi teliti GPS kinematik antara lain untuk pemantauan gempabumi (GPS-Seismograf) (Setyadji et.al 2002b; Setyadji 2003) dan untuk pemantauan penurunan tanah (land subsidence) yang cepat. Pada aplikasi ini, Data yang dikumpulkan dengan metoda statik atau bahkan data GPS kontinyu diolah sebagai data kinematik. Model aplikasi seperti ini sangat membantu dalam pemanfaatan data dan informasi spasial untuk sistem mitigasi bencana (disaster mitigation system) atau lebih umum lagi adalah sistem manajemen bencana (disaster management system) (Setyadji et.al 2002a). Aplikasi yang lebih umum metoda kinematik adalah dengan memasang antena langsung pada wahana yang bergerak baik di darat, laut, maupun di udara, yang tentunya memberikan hasil dengan kualitas yang lebih rendah.

Ketelitian metoda kinematik dapat ditingkatkan dengan melakukan koreksi terhadap pengamatan yang dikenal sebagai differential GPS (DGPS). Asumsi yang dipakai untuk mengkoreksi data kinematik adalah bahwa vektor kesalahan akan sama untuk epoch yang sama. Apabila koreksi tersebut diberikan secara cepat maka sistem differential GPS itu menjadi sistem realtime kinematic. Aplikasi differential GPS dan realtime kinematic paling banyak adalah untuk navigasi wahana laut.

Survei kinematik yang dikombinasikan dengan sensor-sensor lain, misalnya video, sangat bermanfaat dalam pengumpulan data yang tidak memerlukan ketelitian posisi tinggi misalnya survai kondisi kualitatif garis pantai atau memantau pergerakan kapal (Setyadji 2005). Jika digabungkan dengan SIG, GPS dapat bertindak seperti cursor dan Bumi sebagai meja digitasi, serta sebaliknya dapat juga bertindak seperti pointer untuk mengarahkan pada posisi tertentu.

Penggunaan GPS sebagai pointer biasanya diterapkan pada sistem pendukung pengambilan keputusan (decision support system) yang merupakan analisis lanjut dari basisdata spasial. Kalau dianalogikan dengan survai terestris, GPS digunakan untuk melakukan pematokan (stake out) sebagai rekonstruksi atau realiasi rencana posisi atau jalur.

Kamis, 08 April 2010

Keselamatan Kerja Dalam Pemasangan Jaringan Network dan Wireless

Hal yang pertama yang harus di lakukan dalam pemasangan jaringan adalah :
Menyiapkan perlengkapan alat maupun bahan dan yang paling utama adalah nyali dan kepercayaan diri karena hal itu yang membuat kita bisa melakukan suatu hal dan keselmatan dalam bekerja sangat lah penting...

Perlengkapan yang harus di siapkan dalam Keselamatan Kerja TKJ ADALAH :

1.Tali pengaman dalam Memasang Komponen di tempat yang tinggi.
Gunanya untuk membantu kita serta mengamankan angggota tubuh, seandainya kita akan terjatuh dan menyamankan saat bekerja maksudnya menyamankan adalah kita bisa santai saat berkerja dalam bekerja karna tali pengamannya seperti tempat duduk walaupun terbuat dari tali kan TAK MASALAH BUKAN.
2.Gelang Listrik Statis
Berfungsi untuk Mengurangi Aliran Listrik yang masuk ke dalam tubuh saat pemasangan jaringan .
3.Sarung Tangan
Sarung Tangan berfungsi untuk menguatkan pegangan kita serta mengurangi aliran air keringat yang di kandung tubuh supaya tidak mengenai komponen karna akan menyebabkan komponen itu kongslet.

Perlengkapan Bahan Dan Alat Periferal :
Alat Periferal dalam melakukan Pemasangan , Perakitan dan pembersihan komponen Jaringan sangatlah perlu sebab itu akan membantu meningkatkan performance komponen.
Alat-alatnya sebagai berikut :
1.Kuas
Fungsi kuas adalah untuk membersihkan.
2.Obeng
Obeng Berfungsi untuk Mengganti alat ataupun Memasang Alat.
3.Tang
Tang berfungsi untuk menguatkan komponen dan sebagainya.
4.Kabel Dan Baut
Berfungsi untuk menamambah komponen yang kurang ataupun memperbaikinya.

dalam melakukan pekerjaan harus berhati",,, karena sekali saja melakukan kesalahan bisa mengakibatkan hal" yang tidak diinginkan...
selamat membaca..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...